Persekutuan
Pribadi Dengan Allah (Bag 4)
(Kejadian
33:18-20)
Senantiasa
menjadi kehendak Tuhan supaya kita
selalu ada dalam persekutuan dengan Tuhan. Ada banyak hal yang
Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup ini untuk membawa kita kembali kepada
persekutuan dengan Tuhan karna itu adalah hal yang menyenangkan Tuhan. Dalam persekutuan dengan Tuhan, Tuhan mempunyai
kesempatan untuk memberi kita apa yang menjadi rencana dan kehendak Tuhan bagi
kita. Dalam Kejadian 33:18-20 diceritakan bahwa dalam perjalanannya menuju
Bethel, Yakub akhirnya berhenti dan membeli tanah di Sikhem, membuat kemah
untuk tempat tinggal dan mendirikan mezbah disana. Padahal
yang Tuhan mau adalah Yakub kembali ke Bethel, tempat dimana Yakub mengalami
suatu persekutuan yang luar biasa dengan Tuhan. Tuhan mau Yakub kembali pada
persekutuan dengan Tuhan, kembali pada janji Tuhan dan karna perjalanan Yakub
itu untuk kesana, Tuhan menyertai Yakub, bahkan mengutus malaikat-malaikat
untuk menjaga Yakub.
Dari 3 hal
yang dilakukan Yakub di Sikhem (membeli tanah, membuat kemah dan mendirikan
mezbah) bisa disimpulkan bahwa Yakub berniat menetap dan tinggal di Sikhem.
Sementara tujuan perjalannya adalah ke Bethel (masih disebelah selatan dari
Sikhem). Yakub mau mengakhiri perjalannya di Sikhem padahal bukan itu tujuan
perjalanan yang Tuhan maksudkan bagi Yakub. Karna Yakub berniat tinggal di
Sikhem, terjadilah masalah besar. Terjadi malapetaka bagi Yakub dan keluarganya.
Ketika kita lalu berhenti dalam zona kenyamanan, maka kita akan menghadapi
masalah besar. Saat kita berpikir ikut Tuhan itu
cukuplah dipinggir-pinggir, tidak usah terlalu melibatkan
diri dalam pelayanan adalah sama seperti Sikhem tidak
lagi terlalu jauh dari Bethel dan Yakub merasa nyaman di Sikhem, karna itulah
ia membeli tanah dan membangun mezbah disitu, padahal Tuhan tidak menyuruh
Yakub untuk membangun mezbah disitu. Sebab mezbah-Nya ada di Bethel. Apa yang
akhirnya terjadi pada Yakub disana? Ada 2 masalah besar yang akhirnya terjadi
bagi Yakub :
1.
Dina, anak
perempuan Yakub satu-satunya diperkosa
Sikhem (Kej 34:1-2).
Saat Dina
mulai coba bergaul dengan orang-orang Sikhem, Sikhem anak raja Hemor melihat
kecantikan Dina dan berniat untuk memilikinya. Hal ini tidak akan terjadi
apabila keluarga Yakub hanya melewati dan tidak menjadikan Sikhem sebagai
tempat menetap. Suatu masalah besar yang seharusnya tidak perlu terjadi. Ketika
kita berhenti, melambatkan perjalanan rohani kita, itu akan memberi kesempatan
kepada iblis, kepada hal-hal dunia untuk masuk dalam
kehidupan kita. Hal yang seharusnya tidak perlu terjadi jika Yakub dan
keluarganya berjalan terus ke negeri Bethel. Ada masalah-masalah dalam kehidupan kita yang sebenarnya tidak perlu
terjadi. Kita boleh diberkati Tuhan secara materi karna memang itu adalah janji
Tuhan. Tapi itu bukan alasan kita kemudian melambatkan bahkan lalu berhenti di
dalam perjalanan rohani kita dan menyurutkan aktfitas pelayanan kita terhadap
Tuhan. Mungkin Yakub berpikir yang
penting sudah sampai di tanah Kanaaan, Yakub sudah cukup lelah menghadapi
masalah dengan Laban, dengan Esau, dan sebagainya sehingga ia mau berhenti.
Padahal perjalanannya masih panjang. Sama seperti Elia yang Tuhan suruh untuk
makan dan minum kemudian melanjutkan perjalanannya. Kalau Elia berhenti di
padang gurun dan minta mati, itu karna dia kecewa dengan tantangan yang berat.
Yakub berhenti karna merasa nyaman. Ada 2 hal yang seringkali membuat kita
berhenti dari perjalanan rohani kita. Yang pertama karna kekecewaan, tantangan
yang silih berganti dalam hidup ini, beban yang berat. Sedangkan yang kedua
justru karna merasa nyaman dan aman.
2.
Dibunuhnya semua laki-laki di Sikhem oleh kedua anak
laki-laki Yakub (Kej 34:13-29)
Sikhem anak dari raja Hemor ternyata sangat tertarik
dengan Dina sehingga meminta pada ayahnya untuk mengambil Dina menjadi
isterinya. Ketika raja Hemor pergi kepada yakub untuk meminang Dina,
kakak-kakak laki-laki dari Dina menjawan raja Hemor dengan tipu muslihat.
Mereka berkata agar seluruh laki-laki di negeri Sikhem haruslah bersunat, baru
mereka bisa memberikan Dina untuk diperistri oleh Sikhem dan raja Hemor pun
menyetujui syarat mereka. Singkat cerita, disunatlah seluruh laki-laki yang ada
di negeri Sikhem. Pada hari ketiga,
ketika mereka sedang kesakitan, datanglah dua orang anak Yakub, yaitu Simeon
dan Lewi, kakak-kakak Dina, setelah masing-masing mengambil pedangnya,
menyerang kota itu dengan tidak takut-takut serta membunuh setiap laki-laki
juga Hemor dan Sikhem anaknya kemudian mengambil Dina dari rumah Sikhem lalu
pergi. Mereka kemudian merampasi segala harta benda orang yang telah mereka
bunuh, kambing dombanya, lembu sapi, keledai dan segala kekayaan mereka. Semua
anak perempuan mereka ditawan dan dijarah juga. Ketika mengetahui apa yang
dilakukan oleh anak-anaknya dalam Ayat 30 Yakub berkata kepada Simeon dan Lewi ; “Kamu telah mencelakakan aku
dengan membusukkan namaku kepada penduduk negeri ini, kepada orang Kanaan dan
orang Feris, padahal kita ini hanya sedikit jumlahnya; apabila mereka bersekutu
melawan kita, tentulah mereka akan memukul kita kalah, dan kita akan
dipunahkan, aku beserta seisi rumahku.” Yakub berkata bahwa ini adalah suatu
pukulan berat bagi dia, hal yang mencelakakan dan membusukkan namanya.
Tentu timbul
pertanyaan dalam benak kita. Kalau masalah dengan Laban Tuhan selesaikan,
masalah dengan Esau Tuhan selesaikan juga. Mengapa hal ini Tuhan biarkan
terjadi bagi Yakub? Mengapa Tuhan biarkan anak perempuan Yakub diperkosa. Mengapa
Tuhan biarkan terjadi pembunuhan massal bagi orang-orang Sikhem? Kesalahan yang
ada disini adalah karna Yakub mau tinggal di tempat itu. Yakub tidak lagi
berniat melanjutkan perjalanan ke Bethel. Kembali pada persekutuan pribadi
dengan Tuhan, kembali kepada perjanjian dengan Tuhan. Itulah yang Tuhan
maksudkan pada Yakub sehingga Tuhan bela dia dari Laban dan Esau dan sekarang
Tuhan tidak membelanya. Seringkali kita menemui masalah-masalah yang seharusnya
tidak perlu kita alami kalau kita tidak berhenti pada zona nyaman dan aman
secara fisik. Kita boleh diberkati Tuhan karna itu adalah kehendak Tuhan, tapi
jangan sampai itu menjadi alasan kita kita kemudian berhenti dari perjalanan
rohani kita bersama dengan Tuhan.
Berhenti dari
perjalanan iman itu sama saja kita mendatangkan malapetaka dalam hidup kita,
dalam rumah tangga kita. Mari kita periksa diri kita, mungkin kita sedang
berada dalam zona nyaman. Menikmati hidup tidaklah salah karna itu adalah
pemberian Tuhan, namun kita tidak boleh menikmati hidup seperti orang dunia,
tapi kita seharusnya menikmati hidup sebagai anak Tuhan. Kalau kita
sungguh-sungguh dalam penurutan akan Tuhan, tidak akan ada satu detikpun kita
terlepas dalam pengawasan Tuhan. Mari kita periksa kembali kualitas penurutan
kita kepada Tuhan, kualitas persekutuan kita dengan Tuhan. Tuhan mau kita
mengkhususkan dan menguduskan waktu bagi Tuhan dan seharusnya tidak akan pernah
ada lagi kalimat “nanti kalau ada waktu. Sekiranya Yakub tetap berjalan terus
dan tidak tinggal di Sikhem, malapetaka ini tidak akan pernah terjadi.
Jangan pernah mengabaikan apa yang Tuhan rencanakan dalam kehidupan kita. Yang
Tuhan mau, kita kembali kepada persekutuan dengan Tuhan, kembali pada
perjanjian dengan Tuhan. Jangan biarkan zona nyaman menjadi celah bagi iblis
untuk menghancurkan kehidupan kita. Kalau kita mau alami penyertaan Tuhan, mari
kita jangan berhenti di dalam perjalanan iman dan rohani kita bersama dengan
Tuhan. Mau kita diberkati atau tidak diberkati, maju terus di dalam Tuhan.
Tuhan Yesus memberkati.