Selasa, 30 Juni 2015

Ringkasan Khotbah 21-06-2015

Oleh Pdt. Karel C. Waworuntu



Persekutuan Pribadi Dengan Allah (Bag 4)
(Kejadian 33:18-20)

Senantiasa menjadi kehendak Tuhan supaya kita selalu ada dalam persekutuan dengan Tuhan. Ada banyak hal yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup ini untuk membawa kita kembali kepada persekutuan dengan Tuhan karna itu adalah hal yang menyenangkan Tuhan. Dalam persekutuan dengan Tuhan, Tuhan mempunyai kesempatan untuk memberi kita apa yang menjadi rencana dan kehendak Tuhan bagi kita. Dalam Kejadian 33:18-20 diceritakan bahwa dalam perjalanannya menuju Bethel, Yakub akhirnya berhenti dan membeli tanah di Sikhem, membuat kemah untuk tempat tinggal dan mendirikan mezbah disana. Padahal yang Tuhan mau adalah Yakub kembali ke Bethel, tempat dimana Yakub mengalami suatu persekutuan yang luar biasa dengan Tuhan. Tuhan mau Yakub kembali pada persekutuan dengan Tuhan, kembali pada janji Tuhan dan karna perjalanan Yakub itu untuk kesana, Tuhan menyertai Yakub, bahkan mengutus malaikat-malaikat untuk menjaga Yakub.
Dari 3 hal yang dilakukan Yakub di Sikhem (membeli tanah, membuat kemah dan mendirikan mezbah) bisa disimpulkan bahwa Yakub berniat menetap dan tinggal di Sikhem. Sementara tujuan perjalannya adalah ke Bethel (masih disebelah selatan dari Sikhem). Yakub mau mengakhiri perjalannya di Sikhem padahal bukan itu tujuan perjalanan yang Tuhan maksudkan bagi Yakub. Karna Yakub berniat tinggal di Sikhem, terjadilah masalah besar. Terjadi malapetaka bagi Yakub dan keluarganya. Ketika kita lalu berhenti dalam zona kenyamanan, maka kita akan menghadapi masalah besar. Saat kita berpikir ikut Tuhan itu cukuplah dipinggir-pinggir, tidak usah terlalu melibatkan diri dalam pelayanan adalah sama seperti Sikhem tidak lagi terlalu jauh dari Bethel dan Yakub merasa nyaman di Sikhem, karna itulah ia membeli tanah dan membangun mezbah disitu, padahal Tuhan tidak menyuruh Yakub untuk membangun mezbah disitu. Sebab mezbah-Nya ada di Bethel. Apa yang akhirnya terjadi pada Yakub disana? Ada 2 masalah besar yang akhirnya terjadi bagi Yakub :
1.      Dina, anak perempuan Yakub satu-satunya diperkosa Sikhem (Kej 34:1-2).
Saat Dina mulai coba bergaul dengan orang-orang Sikhem, Sikhem anak raja Hemor melihat kecantikan Dina dan berniat untuk memilikinya. Hal ini tidak akan terjadi apabila keluarga Yakub hanya melewati dan tidak menjadikan Sikhem sebagai tempat menetap. Suatu masalah besar yang seharusnya tidak perlu terjadi. Ketika kita berhenti, melambatkan perjalanan rohani kita, itu akan memberi kesempatan kepada iblis, kepada hal-hal dunia untuk masuk dalam kehidupan kita. Hal yang seharusnya tidak perlu terjadi jika Yakub dan keluarganya berjalan terus ke negeri Bethel. Ada masalah-masalah dalam kehidupan kita yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Kita boleh diberkati Tuhan secara materi karna memang itu adalah janji Tuhan. Tapi itu bukan alasan kita kemudian melambatkan bahkan lalu berhenti di dalam perjalanan rohani kita dan menyurutkan aktfitas pelayanan kita terhadap Tuhan. Mungkin Yakub berpikir yang penting sudah sampai di tanah Kanaaan, Yakub sudah cukup lelah menghadapi masalah dengan Laban, dengan Esau, dan sebagainya sehingga ia mau berhenti. Padahal perjalanannya masih panjang. Sama seperti Elia yang Tuhan suruh untuk makan dan minum kemudian melanjutkan perjalanannya. Kalau Elia berhenti di padang gurun dan minta mati, itu karna dia kecewa dengan tantangan yang berat. Yakub berhenti karna merasa nyaman. Ada 2 hal yang seringkali membuat kita berhenti dari perjalanan rohani kita. Yang pertama karna kekecewaan, tantangan yang silih berganti dalam hidup ini, beban yang berat. Sedangkan yang kedua justru karna merasa nyaman dan aman.
2.      Dibunuhnya semua laki-laki di Sikhem oleh kedua anak laki-laki Yakub (Kej 34:13-29)
Sikhem anak dari raja Hemor ternyata sangat tertarik dengan Dina sehingga meminta pada ayahnya untuk mengambil Dina menjadi isterinya. Ketika raja Hemor pergi kepada yakub untuk meminang Dina, kakak-kakak laki-laki dari Dina menjawan raja Hemor dengan tipu muslihat. Mereka berkata agar seluruh laki-laki di negeri Sikhem haruslah bersunat, baru mereka bisa memberikan Dina untuk diperistri oleh Sikhem dan raja Hemor pun menyetujui syarat mereka. Singkat cerita, disunatlah seluruh laki-laki yang ada di negeri  Sikhem. Pada hari ketiga, ketika mereka sedang kesakitan, datanglah dua orang anak Yakub, yaitu Simeon dan Lewi, kakak-kakak Dina, setelah masing-masing mengambil pedangnya, menyerang kota itu dengan tidak takut-takut serta membunuh setiap laki-laki juga Hemor dan Sikhem anaknya kemudian mengambil Dina dari rumah Sikhem lalu pergi. Mereka kemudian merampasi segala harta benda orang yang telah mereka bunuh, kambing dombanya, lembu sapi, keledai dan segala kekayaan mereka. Semua anak perempuan mereka ditawan dan dijarah juga. Ketika mengetahui apa yang dilakukan oleh anak-anaknya dalam Ayat 30 Yakub berkata kepada Simeon dan Lewi ; “Kamu telah mencelakakan aku dengan membusukkan namaku kepada penduduk negeri ini, kepada orang Kanaan dan orang Feris, padahal kita ini hanya sedikit jumlahnya; apabila mereka bersekutu melawan kita, tentulah mereka akan memukul kita kalah, dan kita akan dipunahkan, aku beserta seisi rumahku.” Yakub berkata bahwa ini adalah suatu pukulan berat bagi dia, hal yang mencelakakan dan membusukkan namanya.

Tentu timbul pertanyaan dalam benak kita. Kalau masalah dengan Laban Tuhan selesaikan, masalah dengan Esau Tuhan selesaikan juga. Mengapa hal ini Tuhan biarkan terjadi bagi Yakub? Mengapa Tuhan biarkan anak perempuan Yakub diperkosa. Mengapa Tuhan biarkan terjadi pembunuhan massal bagi orang-orang Sikhem? Kesalahan yang ada disini adalah karna Yakub mau tinggal di tempat itu. Yakub tidak lagi berniat melanjutkan perjalanan ke Bethel. Kembali pada persekutuan pribadi dengan Tuhan, kembali kepada perjanjian dengan Tuhan. Itulah yang Tuhan maksudkan pada Yakub sehingga Tuhan bela dia dari Laban dan Esau dan sekarang Tuhan tidak membelanya. Seringkali kita menemui masalah-masalah yang seharusnya tidak perlu kita alami kalau kita tidak berhenti pada zona nyaman dan aman secara fisik. Kita boleh diberkati Tuhan karna itu adalah kehendak Tuhan, tapi jangan sampai itu menjadi alasan kita kita kemudian berhenti dari perjalanan rohani kita bersama dengan Tuhan. 
Berhenti dari perjalanan iman itu sama saja kita mendatangkan malapetaka dalam hidup kita, dalam rumah tangga kita. Mari kita periksa diri kita, mungkin kita sedang berada dalam zona nyaman. Menikmati hidup tidaklah salah karna itu adalah pemberian Tuhan, namun kita tidak boleh menikmati hidup seperti orang dunia, tapi kita seharusnya menikmati hidup sebagai anak Tuhan. Kalau kita sungguh-sungguh dalam penurutan akan Tuhan, tidak akan ada satu detikpun kita terlepas dalam pengawasan Tuhan. Mari kita periksa kembali kualitas penurutan kita kepada Tuhan, kualitas persekutuan kita dengan Tuhan. Tuhan mau kita mengkhususkan dan menguduskan waktu bagi Tuhan dan seharusnya tidak akan pernah ada lagi kalimat “nanti kalau ada waktu. Sekiranya Yakub tetap berjalan terus dan tidak tinggal di Sikhem, malapetaka ini tidak akan pernah terjadi. Jangan pernah mengabaikan apa yang Tuhan rencanakan dalam kehidupan kita. Yang Tuhan mau, kita kembali kepada persekutuan dengan Tuhan, kembali pada perjanjian dengan Tuhan. Jangan biarkan zona nyaman menjadi celah bagi iblis untuk menghancurkan kehidupan kita. Kalau kita mau alami penyertaan Tuhan, mari kita jangan berhenti di dalam perjalanan iman dan rohani kita bersama dengan Tuhan. Mau kita diberkati atau tidak diberkati, maju terus di dalam Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.

Sabtu, 20 Juni 2015

Rangkuman Khotbah 14-06-2015


Oleh : Pdt. Karel C. Waworuntu


Persekutuan Pribadi Dengan Allah (Bag 3)
(Kejadian 31:1-3)

Dalam Kejadian 31:3 kita belajar bagaimana Allah menghendaki supaya Yakup kembali kepada persekutuan dengan Tuhan. Setelah Esau merasa ditipu oleh Yakub mengenai hak kesulungannya, Esau berniat untuk membunuh Yakub. Atas saran dari Ribka ibu Yakub, maka Yakub lalu melarikan diri ke Haran, negeri dari nenek moyangnya. Sebelum Yakub sampai ke negeri Haran, di Kanaan Yakub bermalam di suatu tempat (Pasal 28), dan disitulah Yakub menerima janji Tuhan sekaligus jaminan penyertaan dari Tuhan. Singkat cerita, Yakup kemudian tiba di Haran dan bekerja di rumah Laban, saudara Ribka ibu Yakub. Disana Yakub memperoleh istri yaitu kedua anak perempuan dari Laban. Yakub bekerja dan menghasilkan begitu banyak berkat dan Laban pun sangat diberkati oleh Tuhan karna Yakub. Ternak-ternak Laban menjadi begitu banyak, namun Yakub tidak memperoleh apapun dan ketika Yakub ingin mendapatkan apa yang menjadi bagiannya, ia selalu ditipu oleh Laban. Sampai pada akhirnya Tuhan memberi hikmat kepada Yakub untuk bisa memperoleh bagiannya. Yakub akhirnya membuat perjanjian dengan Laban yaitu hanya anak domba yang lahir berbelang-belang atau berbintiklah yang menjadi kepunyaan Yakub dan Laban pun setuju. Ternyata setelah itu, anak domba yang lahir hampir semuanya berbelang dan berbintik karna memang Tuhan memberkati Yakub. Akhirnya bagian Yakub makin bertambah-tambah yang menyebabkan timbulnya kecemburuan dari pihak Laban dan anak-anaknya. Laban pun menjadi berubah sikap kepada Yakub. Akhirnya dalam ayat yang ketiga Tuhan meyuruh Yakub untuk pulang ke negeri nenek moyangnya, kepada kaumnya dan Tuhan akan menyertainya. Sekalipun permasalahan yang terjadi dengan Laban adalah masalah materi, tetapi Tuhan tidak bicara kepada Yakub mengenai masalahnya (materi). Tuhan tidak bicara mengenai masalah materi yang sedang digumuli oleh Yakub.  Karena bagi Tuhan, ada hal yang jauh lebih penting dari itu, yaitu supaya Yakub kembali kepada pengalaman rohani yang luar biasa dengan Tuhan di dalam persekutuannya dengan Tuhan. Dalam pasal 28 diceritakan bahwa Tuhan berjanji untuk memberkati Yakub. Lewat pengalaman rohani inilah Tuhan mengingatkan Yakub yang saat itu sedang terbeban dengan berbagai masalah yang menyangkut materi, bahwa Tuhan tidak menaruh perhatian disana.

Sebelum Yakub jauh lebih tenggelam pada masalah yang sedang dialaminya, Tuhan menyuruhnya untuk pulang. Pulang kemana? Kembali ke dalam persekutuan dengan Tuhan. Kembali kepada pengalaman-pengalaman rohani dengan Allah. Sebab disanalah terdapat janji-janji Tuhan dan janji Tuhan itu ya dan amin. Dengan memiliki sekian banyak ternak dan kekayaan di negeri Haran, itu bukan jaminan Yakub memiliki tanah Kanaan. Tapi yang memberi jaminan bahwa Yakub memiliki tanah Kanaan adalah janji Tuhan. Dalam Kejadian 28:15 dikatakan bahwa Tuhan memberi jaminan, yaitu penyertaan, pemeliharaan dan perlindungan dari Tuhan. Seringkali Tuhan ijinkan masalah terjadi dalam hidup kita, karna Tuhan ingin kita mereview kembali bagaimana kondisi kualitas persekutuan kita dengan Tuhan. Melalui setiap masalah yang kita hadapi, Tuhan mau ingatkan kita tentang bagaimana kualitas persekutuan kita dengan Tuhan, sama seperti apa yang Tuhan buat kepada Yakub. Karena persekutuan dengan Tuhan jauh lebih penting dari sekedar masalah-masalah materi.

Kejadian 31:14-16, Isteri Yakub merespon dengan positif Firman Allah kepada Yakub untuk kembali ke Tanah Kanaan.

Kejadian 31:17-21, Yakub dan seisi rumahnya langsung bertindak untuk berangkat berangkat. Setiap isterti yang baik adalah mendukung suaminya untuk melakukan Firman Allah.

Kejadian 31:24, Ketika Laban berusaha mengejar Yakub, maka Tuhan memperingatkan Laban untuk tidak mengancam Yakub. Jadi bukti penyertaan Tuhan dan pembelaan Tuhan. Janji Tuhan ya dan amin.


Setelah masalah ancaman Laban diselesaikan Tuhan, maka dalam Kejadian 32-33 datanglah ancaman yang lebih besar yaitu ancaman dari Esau.

Kejadian 32:1-2, untuk membuktikan janji penyertaan Tuhan kepada Yakub, maka Tuhan mengutus Malaikat-malaikat untuk menyertai perjalanan Yakub – Mazmur 91:11. Malaikat-malaikat itu disebut Yakub sebagai Balatentara Allah.

Kejadian 32:6-7, Kepada Yakub di kabarkan bahwa Esau disertai oleh 400 orang sedang datang untuk menemui Yakub. Karena itu, Yakub sangat takut yang sebenarnya tidak perlu takut karena ada balatentara Allah yang menyertainya.
                   
Kejadian 32:8-21, Yakub coba mengatasi ketakutannya dan menyelesaikan malasahnya dengan Esau dengan memberi hadiah sejumlah ternak kepada Esau. Artinya Yakub coba mengandalkan kekuatan yang ada padanya.
Ada 3 cara penyelesaian masalah Yakub dan Esau, yaitu :
1.    Esau dengan cara kekerasan yang ingin melenyapkan Yakub
2.    Yakub dengan cara menyogok atau mengandalkan apa yang ada padanya
3.    Cara Tuhan menyelesaikan masalah Esau dan Yakub yaitu setelah Yakub memutuskan untuk berdoa sepanjang malam kepada Tuhan.

Sebelum Tuhan mematahkan kekuatan Esau untuk membunuh Yakub, Tuhan lebih dulu mematahkan kemampuan Yakub secara manusia. Yakub mencoba mengandalkan kemampuannya dan Tuhan harus patahkan itu. Sebelum Tuhan mematahkan kekuatan lawan kita, Tuhan akan mematahkan kekuatan manusia kita supaya kita berserah dan percaya sepenuhnya kepada Tuhan. Dan kemudian apa yang selanjutnya terjadi, besoknya saat mereka melanjutkan perjalanan, Esau datang. Esau yang sebelumnya menggebu-gebu untuk membunuh Yakub, dilembutkan oleh Tuhan. Alkitab katakan bahwa Esau berlari memeluk Yakub. Tidak ada kebencian lagi disana. Tidak ada permusuhan. Itulah cara penyelesaian dari Tuhan. Cara penyelesaian kita sebagai manusia sering kali menjadi malapetaka, tapi cara penyelesaian Tuhan itu luar biasa dan tidak masuk akal. Bagaimana mungkin dendam kesumat yang dipendam Esau, selama 20 tahun lamanya ia ingin membunuh Yakub, bisa berubah dalam semalam Tuhan menjamahnya. Semua itu adalah perkara mustahil yang hanya bisa dilakukan oleh Tuhan. Akhirnya Yakub dapat meneruskan perjalanannya, karena Tuhan menyelesaikan segalanya bagi dia. Doa memungkinkan segalanya, untuk menarik hadirat Tuhan dan menyelesaikan setiap permasalahan kita. Apapun itu. Tidak ada yang terlalu sulit bagi Tuhan. Saat kita mau kembali ke dalam persekutuan dengan Tuhan, Tuhan sanggup menyelesaikan semuanya. Tuhan Yesus memberkati.

Rabu, 10 Juni 2015

Ringkasan Khotbah 07-06-15


Oleh Pdt. Karel C. Waworuntu


Persekutuan Pribadi Dengan Allah (Bag 2)
(1 Raja-raja 19:8)

Setelah Elia mengalami pengalaman yang spektakuler di gunung Karmel, Allah kemudian menemukan Elia di padang gurun dalam keadaan ketakutan, kecewa, sedih bahkan ingin mengakhiri hidupnya. Dalam keadaan seperti itu Allah menjumpai dia dan memberi dia makan dan minum. Dari makanan dan minuman itu Elia berjalan 40 hari 40 malam sampai di gunung Horeb. Ada satu perjalanan panjang yang Elia lalui. Dari gunung Karmel ke gunung Horeb, Elia harus terlebih dahulu melewati padang gurun Bersyeba, pengalaman yang tidak menyenangkan bagi manusia, tapi itulah yang Tuhan kehendaki bagi Elia. Mengapa Tuhan membawa Elia ke gunung Horeb? Sebab di gunung Horeb, ada persekutuan secara pribadi dengan Tuhan. Tuhan membawa Elia kembali kepada suatu persekutuan yang sangat pribadi dengan-Nya. Ada apakah di gunung Horeb? Dan mengapa harus di gunung Horeb?



1.      Di dalam persekutuan pribadi dengan Allah kita menemukan suatu kesegaran dan ketenangan bagi jiwa kita (Keluaran 17:6).

Ketika orang Israel berjalan di padang gurun Sinai, mereka sampai di tempat yang tidak ada air untuk diminum dan orang Israel mulai bersungut-sungut serta mempersalahkan Musa dan Tuhan. Kemudian Tuhan menyuruh Musa untuk memukulkan tongkatnya ke batu dan dari situ keluarlah air yang menyegarkan bagi umat Israel. Iblis selalu mau mengganggu dan mengacaukan hati dan jiwa kita dengan berbagai beban yang seharusnya tidak perlu kita pikul. Tetapi di dalam persekutuan secara pribadi dengan Tuhan, ada kesegaran, ada kelegaan. Seperti apa yang dialami Elia waktu itu yaitu ketakutan, kekawatiran dan kekecewaan sebenarnya adalah hal yang tidak perlu. Apa mungkin Allah akan menyerahkan Elia kepada Izebel yang mengancam untuk membunuhnya? Sungguh adalah hal yang tidak mungkin. Tapi itu sudah menjadi beban yang sangat berat bagi Elia yang kemudian mendatangkan ketakutan, kecemasan, kekawatiran dan kekecewaan. Karna itulah Allah menyuruh Elia untuk pergi ke gunung Horeb. Kembali kepada persekutuan pribadi dengan Tuhan. Disana ada kelegaan, kesegaran dan ketenangan bagi jiwa.

2.      Persekutuan pribadi dengan Allah, akan merubah cara hidup kita (Keluaran 19:18-20).

Di gunung Horeb, Tuhan memberikan hukum taurat untuk bangsa Israel. Hukum taurat adalah aturan-aturan yang dibuat Tuhan mengenai hubungan bangsa Israel dengan Tuhan, sesama dan dengan dunia luar. Di dalam persekutuan dengan Allah kita diberi aturan-aturan dalam firman Allah tentang hubungan kita dengan Tuhan dan sesama yang akan merubah cara hidup kita. Elia dibawa oleh Tuhan bawa ke gunung Horeb karna Tuhan mau merubah cara pikir Elia, sehingga ia boleh mengerti bahwa keberhasilannya di gunung Karmel bukanlah karna kehebatan Elia, namun semua itu karna Tuhan. Demikian juga dengan kita, seringkali kita hanyut dalam kebanggaan pribadi, dalam prestasi-prestasi yang berhasil kita capai dan kita lupa kalau semua itu karna Tuhan. Karna itu seringkali Tuhan mengajar kita, Dia bawa kita ke padang gurun Bersyeba dan membawa kita kembali kepada persekutuan pribadi dengan-Nya. Disanalah Elia mengerti dia bukan apa-apa, semuanya hanya karna Tuhan. Dalam 2 Tim 3:16 dikatakan bahwa setiap tulisan yang diilhamkan (bahasa asli = “dinafasi”) oleh Allah itu bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, mendidik orang dalam kebenaran. Betapa kita sangat memerlukan kebenaran firman Allah, supaya kita diperlengkapi untuk suatu pelayanan yang disediakan Tuhan bagi kita.

3.      Lewat persekutuan pribadi dengan Allah, kita menyadari bahwa segala kekayaan yang kita miliki itu haruslah kita pakai untuk memuliakan Tuhan (Keluaran 33:4-6)

Dalam pasal 32 diceritakan mengenai umat Israel yang kehilangan harapan karna menunggu Musa yang tak kunjung kembali dari gunung Horeb. Mereka akhirnya mengumpulkan semua perhiasan emas dan membuat berhala untuk mereka sembah. Peristiwa ini telah menggagalkan apa yang direncanakan Tuhan bagi bangsa Israel bahwa setiap anak sulung dari bangsa Israel dipilih Tuhan untuk berdiri menjadi kepunyaan Tuhan, mewakili seluruh bangsa Israel. Tapi karna peristiwa ini, rencana itu gagal dan dialihkan Tuhan pada suku Lewi yang kemudian berpihak pada Musa lah yang harus melayani Tuhan. Memiliki perhiasan emas bukanlah sesuatu yang salah. Perhiasan emas yang dimiliki oleh umat Israel pun mereka dapatkan dari Tuhan melalui orang Mesir. Tapi kemudian perhiasan itu disalahgunakan. Tuhan juga mau kita kaya baik secara materi teristimewa secara rohani. Tapi jangan sampai harta yang kita miliki itu disalahgunakan sehingga pada akhirnya membuat kita jauh dan malah menyakiti hati Tuhan. Bukan perhiasannya yang salah, namun cara penggunaan kekayaan yang salah itulah yang membuat kita pada akhirnya berdosa di hadapan Tuhan. Apa sebenarnya perhiasan itu? Selain berbicara tentang materi, perhiasan juga berbicara tentang kebanggaan diri. Perhiasan juga merupakan simbol dari status sosial. Lebih banyak orang berbuat dosa karna kelebihan materi daripada karna kekurangan. Karna itu Salomo di hari tuanya berkata “Tuhan peliharalah aku dengan rejeki yang secukupnya, supaya jangan dengan kelebihanku aku menyangkal Tuhan, mempermalukan nama Tuhan”. Apa sesungguhnya tujuan dari Tuhan memberikan umat Israel kekayaan dari Mesir? Supaya dengan kekayaan yang Tuhan beri, mereka dapat membangun kemah sembayang. Kalau Tuhan ijinkan kita memiliki kekayaan, itu karna Tuhan tau kita perlu melakukan sesuatu bagi pelayanan. Jangan kita memberi diri berdosa dengan segala berkat materi yang Tuhan berikan.  Tapi biarlah kekayaan yang Tuhan anugerahkan kepada kita, bisa kita pakai untuk kemuliaan nama-Nya.

Senin, 01 Juni 2015

Ringkasan Khotbah 31-05-15



Oleh Pdt. Karel C. Waworuntu

Persekutuan Pribadi Dengan Allah
(1 Raja-raja 19:8)


Dalam 1Raja-raja 18 diceritakan bahwa Elia baru saja mengalami pengalaman rohani yang luar biasa. Elia menurunkan api dari Tuhan, untuk membakar korban yang disediakan oleh Elia. Sebelumnya nabi-nabi baal telah terlebih dahulu mempersembahkan korban dengan ketentuan mereka tidak boleh membakarnya sendiri namun mereka harus meminta pada allahnya untuk membakar korban tersebut, dan dari pagi hingga petang tidak kunjung ada api yang membakar korban bakaran bagi allah nabi-nabi baal tersebut. Namun saat Elia mempersiapkan korban bakaran dan berdoa pada Allah, Tuhan menjawab doa Elia dan membakar habis korban persembahan dari Elia, sehingga umat Israel yang melihat mengakui bahwa Tuhan adalah Allah dan mereka berbalik serta bertobat pada Tuhan (Ayat 39). Tujuan dari setiap mujizat adalah pertobatan dan Elia mencapai tujuan itu dengan mujizat yang besar.

Dalam pasal 18 : 41, Elia sekali lagi memiliki pengalaman yang luar biasa. Elia naik ke puncak gunung Karmel kemudian ia mulai berdoa, Elia meminta supaya Tuhan menurunkan hujan setelah 3,5 tahun tidak ada hujan. Setelah selesai berdoa, Elia menyuruh bujangnya untuk melihat kearah laut dan hamba bujangnya pergi ke arah laut kemudian kembali dan berkata pada Elia bahwa tidak ada apa-apa disana. Namun Elia menyuruh dia untuk melihat kembali lagi dan begitu terus sampai kali yang ketujuh hambanya kembali dan berkata yang muncul hanya awan sebesar telapak tangan. Elia menangkap bahwa itu merupakan awal dari jawaban Tuhan. Seringkali kita berdoa dan menunggu jawaban dari Tuhan. Kita menantikan sesuatu yang besar yang Tuhan kerjakan bagi kita, padahal seharusnya sekecil apapun itu, kita harus bersyukur karna itu merupakan awal dari jawaban Tuhan. Kita tidak boleh menganggap sepele hal-hal kecil yang Tuhan adakan bagi kita, seringkali Allah memulai dari hal yang paling kecil, karna itulah Tuhan Yesus katakan barang siapa setia dalam perkara yang kecil maka dia akan diberi kepercayaan perkara yang besar.

Dari dua peristiwa besar diatas, Elia kemudian hanyut dalam suatu kebanggaan. Elia mulai berpikir kebelakang dan melihat nama-nama dari leluhurnya yang dulu dipakai Tuhan sampai kepada dirinya. Dia melihat bahwa ternyata dialah yang paling hebat. Elia bangga dengan apa yang terjadi. Namun semuanya itu hancur seketika, dalam pasal 19 diceritakan bahwa Izebel menyuruh bawahannya untuk mengancam Elia dan Elia sangat takut. Ia lari ke padang gurun, bahkan di tengah ketakutannya ia sempat berpikir bahwa lebih baik Tuhan mengakhiri nyawanya (Ayat 4). Tuhan menemukan Elia di tengah padang gurun sedang ketakutan, kecewa bahkan minta Tuhan untuk mengakhiri nyawanya. Ia mau meninggalkan pelayanan dan penurutannya kepada Tuhan. Sangat bertolak belakang dengan yang baru dia alami. Elia sangat takut akan ancaman dari Izebel dan Elia pun mengakui bahwa ternyata ia tidak lebih baik dari para leluhurnya. Tidak ada yang jadi dalam hidup ini secara kebetulan. Semuanya jadi atas ijin Tuhan. Mengapa Tuhan mengijinkan hal ini menimpa Elia?

1.      Allah mengijinkan ini terjadi pada Elia, untuk mengingatkan dan mengajar Elia bahwa segala keberhasilannya hanya karna Tuhan.
Elia hanyalah alat di tangan Tuhan. Sebelum Elia lebih jauh lebih berdosa dengan merasa bahwa semua ini adalah kehebatannya, Tuhan ijinkan ancama Izebel datang dan menghancurkan semua kebanggaanya.  Sama seperti kita, kita juga bukanlah apa-apa. Jangan pernah kita merasa “kalau bukan saya tidak akan bisa”, namun seharusnya semakin kita dipakai Tuhan luar biasa, kita semakin berkata “Tuhan, saya bukan apa-apa”. Mazmur 18:36 berkata kemurahan Tuhanlah yang membuat kita besar dan 1 Kor 10 mengajarkan bahwa hanya kasih karunia Allah saja yang menjadikan kita besar.

2.      Allah ingin membawa Elia dari satu pengalaman rohani kepada pengalaman rohani yang lain.
Mengapa Tuhan tidak memberikan Elia pengalaman rohani yang baru di padang gurun saja? Mengapa Tuhan menginginkan Elia berjalan dahulu selama 40 hari 40 malam? Seringkali kita mengalami pengalaman rohani yang spektakuler, yang sangat menyenangkan, pengalaman rohani dengan berkat-berkat dan mujizat yang luar biasa namun Tuhan bawa kita ke suatu tempat yang lain, untuk suatu pengalaman rohani yang jauh lebih berharga. Tuhan bawa Elia ke gunung Horeb karna di gunung Horeb, Elia menemukan persekutuan yang pribadi dengan Tuhan. Disanalah Tuhan memberitau kepada Elia apa yang harus ia kerjakan selanjutnya.

Satu hal yang bisa kita simpulkan dari firman Tuhan ini adalah kita hanyalah alat di tangan Tuhan. Jangan pernah kita merasa “kalau bukan saya itu tidak akan jadi” dan seringkali ketika kita berbuat sesuatu, ketika kita berkorban dalam pekerjaan Tuhan, seolah-olah kita harus diperhatikan lebih dari yang lain karna itu. Adanya pemahaman seperti itulah yang membuat Elia pada akhirnya harus mengalami ketakutan, kekecewaan, kesedihan bahkan dia ingin berhenti dalam pelayanan dan penurutannya akan Tuhan. Itu juga yang seringkali terjadi dalam kehidupan kita. Tapi Tuhan sangat baik. Dalam keadaan seperti itu, Tuhan datang menemui Elia. Karna Tuhan masih punya rencana dengan Elia. Elia menganggap sudah selesailah semuanya, cukuplah Tuhan, namun Tuhan belum selesai dengan Elia. Mungkin kita merasa semuanya sudah selesai. Namun Tuhan belum selesai dengan kita. Mari kita bangun persekutuan dengan Tuhan karna di dalam persekutuan secara pribadi dengan Tuhan, kita akan mengerti apa kehendak Tuhan dalam hidup kita. Tuhan Yesus memberkati.