Ringkasan
Khotbah Tanggal 12 Juli 2015
Oleh Pdm.
Heath Rewah
Hidup Yang Kekal: Mengenal
Tuhan
(Yohanes 17:3)
Pasal ini menuliskan doa Yesus kepada Bapa sebelum Dia disalibkan.
Dari antara para murid, Yohanes adalah orang yang paling tepat untuk mengingat
doa ini. Selain sebagai murid yang paling dikasihi Yesus, saat perjamuan
terakhir Yohanes duduk tepat di samping Yesus.
Ada orang yang tidak mengerti dan mempertanyakan mengapa Yesus berdoa,
bukankah Dia adalah Allah. Yesus adalah pribadi Trinitas Allah yang diutus ke
bumi sebagai Juruselamat. Dia berkorban hingga mati bagi manusia supaya
barangsiapa percaya tidak perlu binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Untuk misi penyelamatan itu, Yesus meninggalkan keilahian-Nya dan berinkarnasi
menjadi manusia (Filipi 2). Dalam keadaan itulah menjadi suatu hal yang wajar jika
Yesus berdoa kepada Bapa. Yesus tetaplah Allah 100%, namun Dia merelakan diri
untuk menjadi manusia 100% yang harus ada di bawah hukum-hukum alam, termasuk
ruang dan waktu. Meski demikian Alkitab mencatat dalam banyak kesempatan hukum alam
tunduk kepada Yesus: angin ribut diredakan, orang sakit disembuhkan, berjalan
di atas air, dll. Semua ini adalah wujud kasih dan kerendahan hati Yesus, demi menyelamatkan
umat manusia.
Dalam pembukaan doa, Yesus bicara tentang hidup yang kekal. Secara
langsung Yesus menyatakan dalam ayat 3 bahwa hakikat dari hidup yang kekal
adalah mengenal Allah. Berikut ini beberapa hal yang dapat dipelajari mengenai
hubungan antara hidup yang kekal dengan mengenal Allah:
1. Hidup Kekal: Anugerah Untuk Orang
Percaya
Sepanjang catatan sejarah, umat manusia tidak pernah luput dari berbagai
masalah dan penderitaan. Oleh berbagai masalah, banyak orang stres dan putus
asa. Bahkan ada orang Kristen yang meninggalkan iman karena sibuk dengan
persoalan hidup. Padahal sebenarnya setiap orang percaya tidak perlu ikut
tertekan dan hanyut oleh badai hidup. Ayat 2 menyatakan bahwa kuasa yang
diberikan kepada Yesus, diberikan juga oleh Bapa kepada orang percaya dalam
bentuk “hidup yang kekal”. Kuasa inilah yang dapat mengatasi setiap pergumulan.
Saat mendengar “hidup kekal” yang sering langsung terpikir adalah kehidupan
setelah kematian: sorga. Ini tidaklah salah, karena puncak pengharapan kehidupan
kekal memang baru akan tercapai di sorga. Tetapi kata aslinya zo’e tidak hanya berarti hidup kekal di
sorga. Zo’e juga bermakna: hidup yang
penuh vitalitas, yang bahagia, yang bersinar, yang sejati, yang aktif, dan yang
diberkati! Tentu saja hidup seperti ini dapat dinikmati juga selama masih di
bumi. Inilah hidup yang diminta Yesus untuk dianugerahkan Bapa bagi setiap
orang percaya. Apabila memiliki zo’e,
tentu seseorang akan sanggup mengatasi segala persoalan hidupnya.
2. Hidup Kekal: Mengenal Allah
Zo’e
tidak perlu dicari di mana-mana. Yesus menyatakan bahwa hidup kekal adalah mengenal Allah. Kata “mengenal” dalam
bahasa asli, ginosko. Artinya,
pengenalan sejati, total, dan absolut. Pengertian lainnya: mencari pengertian
dan pemahaman dengan melebur diri masuk ke dalam. Hasil dari ginosko adalah pengetahuan yang
menyeluruh atau komprehensif.
Dalam konteks masyarakat Yahudi, ginosko diterjemahkan dari idiom bahasa Ibrani, yaitu: pengenalan yang
sangat dekat, seperti hubungan suami-istri. Saat pacaran bisa saja orang
sedikit munafik dan menutup-nutupi sesuatu. Namun setelah menikah, semua yang asli
akan kelihatan. Demikianlah seharusnya pengenalan kita akan Allah. Mengenal
dengan sangat mendalam pribadi-Nya, dan mengerti setiap kehendak-Nya.
Pengenalan ginosko hanya
akan didapat oleh orang-orang yang mau bergaul akrab dengan Tuhan. Pergaulan
ini dicapai melalui upaya beribadah dengan benar, belajar kebenaran Alkitab,
lalu giat mempraktekkan kehendak-kehendak Tuhan. Menurut Alkitab, pergaulan
yang buruk dapat merusak kebiasaan yang baik. Lingkungan pergaulan bisa
mempengaruhi bahkan membentuk orang. Semakin lama pergaulan dibangun dan dijaga,
seseorang akan makin serupa dengan teman pergaulannya. Makanya orang percaya
harus bijak dalam memilih teman bergaul. Bergaul dengan Firman Allah akan
membuat manusia semakin mengerti kehendak Tuhan, semakin mirip dengan
sifat-sifat-Nya.
Setiap orang yang senang menikmati dan melakukan kebenaran Tuhan sudah
sementara berkenalan dan bergaul dengan Allah. Sesungguhnya, saat itulah hidup
kekal sudah menjadi bagian dari dirinya: sudah dapat dinikmati. Hidup di dalam
Tuhan yang sedang dijalani saat ini, sudah harus dinikmati sebagai hidup kekal
yang penuh berkat dan pertolongan Allah!
3. Mengenal
Tuhan: Memiliki Pikiran Kristus
1 Korintus 2:14 menyatakan bahwa manusia duniawi tidak dapat
memahami atau mengenal (ginosko)
hal-hal yang berasal dari Roh Allah. Sebaliknya manusia rohani memiliki pikiran
Kristus (ayat 15-16). Pikiran Kristus inilah yang menjadi ciri khas orang yang
mengenal Tuhan! Manusia rohani bahasa aslinya, penumatikos, manusia yang keberadaanya sejalan dengan kehendak dan
pimpinan Roh Kudus: hidup rohani. Merekalah yang sudah sementara menikmati
hidup yang kekal di dalam Tuhan.
Sedangkan manusia duniawi di ayat 14 digolongkan sebagai psuchikos (natural man), manusia alamiah yang tidak mengenal Tuhan. Golongan
ini tidak mengenal dan tidak peduli dengan perkara-perkara rohani yang berasal
dari Roh Allah. Jika tidak berubah total, mereka tidak akan pernah beroleh
hidup kekal, apalagi diselamatkan.
Selain keduanya, ada satu lagi golongan manusia duniawi yang
disebut dalam 1 Korintus 3:1, yaitu sarkikos,
manusia daging. Golongan ini sudah termasuk bilangan orang percaya, namun belum
sepenuhnya menikmati hidup kekal karena masih belum dewasa iman. Mereka masih
senang dengan perkara-perkara jasmani dan kedagingan. Kedewasaan rohani tidak diukur
dari umur secara jasmani. Alkitab menyatakan bahwa Yesus mencapai kedewasaan
rohani saat berumur 12 tahun! Kedewasaan rohani dapat diketahui. Ukurannya
dinyatakan dalam 1 Korintus 3:1-3: perselisihan. Makin sedikit perselisihan,
ketersinggungan, iri hati, dan sejenisnya, makin dewasa rohani seseorang. Itu
berarti pikirannya sudah ditundukkan kepada pikiran Kristus. Orang yang dewasa rohani
mengecilkan persoalan besar, meniadakan persoalan kecil, dan tidak membuat
masalah saat tidak ada masalah. Karena Allah memberi kesanggupan untuk
menyelesaikannya.
4. Mengenal
Tuhan: Secara Benar dan Penuh
1 Yohanes 4:6 menyatakan bahwa pengenalan akan Allah harus benar,
dari sumber yang benar. Hati-hati dengan para pemberita injil palsu yang
memberitakan apa yang ingin di dengar orang, untuk memuaskan telinga.
Pemberitaan ini akan menyesatkan (error). Mengenal Tuhan dengan benar dapat
menyembuhkan dan memperbaiki “error-error” di pikiran dan hati manusia. Bukankah
berbahagia bila semua sistem berjalan dengan baik?
Sejalan dengan itu, pengenalan akan Tuhan harus dialami secara
penuh. Jangan hanya berdasar pada apa kata orang, atau kesaksian orang lain.
Setiap orang percaya harus sungguh-sungguh mengalami Yesus secara pribadi.
Mengalami kasih-Nya, mengalami pertolongan-Nya, mengalami pembebasan-Nya,
mengalami karunia-Nya, mengalami pelukan cinta-Nya, mengalami pengangkatan-Nya:
mengalami kepenuhan-Nya.
Marilah berjuang mengenal Tuhan. Pengenalan ini akan membawa hidup
mengalami segala kebaikan Tuhan; mengalami dan menjalani hidup yang kekal di
dalam Dia. Tuhan Yesus memberkati.