Senin, 20 Juli 2015

Ringkasan Khotbah 12-07-15



Ringkasan Khotbah Tanggal 12 Juli 2015
Oleh Pdm. Heath Rewah



Hidup Yang Kekal: Mengenal Tuhan
(Yohanes 17:3)

Pasal ini menuliskan doa Yesus kepada Bapa sebelum Dia disalibkan. Dari antara para murid, Yohanes adalah orang yang paling tepat untuk mengingat doa ini. Selain sebagai murid yang paling dikasihi Yesus, saat perjamuan terakhir Yohanes duduk tepat di samping Yesus.

Ada orang yang tidak mengerti dan mempertanyakan mengapa Yesus berdoa, bukankah Dia adalah Allah. Yesus adalah pribadi Trinitas Allah yang diutus ke bumi sebagai Juruselamat. Dia berkorban hingga mati bagi manusia supaya barangsiapa percaya tidak perlu binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Untuk misi penyelamatan itu, Yesus meninggalkan keilahian-Nya dan berinkarnasi menjadi manusia (Filipi 2). Dalam keadaan itulah menjadi suatu hal yang wajar jika Yesus berdoa kepada Bapa. Yesus tetaplah Allah 100%, namun Dia merelakan diri untuk menjadi manusia 100% yang harus ada di bawah hukum-hukum alam, termasuk ruang dan waktu. Meski demikian Alkitab mencatat dalam banyak kesempatan hukum alam tunduk kepada Yesus: angin ribut diredakan, orang sakit disembuhkan, berjalan di atas air, dll. Semua ini adalah wujud kasih dan kerendahan hati Yesus, demi menyelamatkan umat manusia.

Dalam pembukaan doa, Yesus bicara tentang hidup yang kekal. Secara langsung Yesus menyatakan dalam ayat 3 bahwa hakikat dari hidup yang kekal adalah mengenal Allah. Berikut ini beberapa hal yang dapat dipelajari mengenai hubungan antara hidup yang kekal dengan mengenal Allah:

1.    Hidup Kekal: Anugerah Untuk Orang Percaya
Sepanjang catatan sejarah, umat manusia tidak pernah luput dari berbagai masalah dan penderitaan. Oleh berbagai masalah, banyak orang stres dan putus asa. Bahkan ada orang Kristen yang meninggalkan iman karena sibuk dengan persoalan hidup. Padahal sebenarnya setiap orang percaya tidak perlu ikut tertekan dan hanyut oleh badai hidup. Ayat 2 menyatakan bahwa kuasa yang diberikan kepada Yesus, diberikan juga oleh Bapa kepada orang percaya dalam bentuk “hidup yang kekal”. Kuasa inilah yang dapat mengatasi setiap pergumulan.

Saat mendengar “hidup kekal” yang sering langsung terpikir adalah kehidupan setelah kematian: sorga. Ini tidaklah salah, karena puncak pengharapan kehidupan kekal memang baru akan tercapai di sorga. Tetapi kata aslinya zo’e tidak hanya berarti hidup kekal di sorga. Zo’e juga bermakna: hidup yang penuh vitalitas, yang bahagia, yang bersinar, yang sejati, yang aktif, dan yang diberkati! Tentu saja hidup seperti ini dapat dinikmati juga selama masih di bumi. Inilah hidup yang diminta Yesus untuk dianugerahkan Bapa bagi setiap orang percaya. Apabila memiliki zo’e, tentu seseorang akan sanggup mengatasi segala persoalan hidupnya.

2.    Hidup Kekal: Mengenal Allah
Zo’e tidak perlu dicari di mana-mana. Yesus menyatakan bahwa hidup kekal adalah mengenal Allah. Kata “mengenal” dalam bahasa asli, ginosko. Artinya, pengenalan sejati, total, dan absolut. Pengertian lainnya: mencari pengertian dan pemahaman dengan melebur diri masuk ke dalam. Hasil dari ginosko adalah pengetahuan yang menyeluruh atau komprehensif.

Dalam konteks masyarakat Yahudi, ginosko diterjemahkan dari idiom bahasa Ibrani, yaitu: pengenalan yang sangat dekat, seperti hubungan suami-istri. Saat pacaran bisa saja orang sedikit munafik dan menutup-nutupi sesuatu. Namun setelah menikah, semua yang asli akan kelihatan. Demikianlah seharusnya pengenalan kita akan Allah. Mengenal dengan sangat mendalam pribadi-Nya, dan mengerti setiap kehendak-Nya.

Pengenalan ginosko hanya akan didapat oleh orang-orang yang mau bergaul akrab dengan Tuhan. Pergaulan ini dicapai melalui upaya beribadah dengan benar, belajar kebenaran Alkitab, lalu giat mempraktekkan kehendak-kehendak Tuhan. Menurut Alkitab, pergaulan yang buruk dapat merusak kebiasaan yang baik. Lingkungan pergaulan bisa mempengaruhi bahkan membentuk orang. Semakin lama pergaulan dibangun dan dijaga, seseorang akan makin serupa dengan teman pergaulannya. Makanya orang percaya harus bijak dalam memilih teman bergaul. Bergaul dengan Firman Allah akan membuat manusia semakin mengerti kehendak Tuhan, semakin mirip dengan sifat-sifat-Nya.
Setiap orang yang senang menikmati dan melakukan kebenaran Tuhan sudah sementara berkenalan dan bergaul dengan Allah. Sesungguhnya, saat itulah hidup kekal sudah menjadi bagian dari dirinya: sudah dapat dinikmati. Hidup di dalam Tuhan yang sedang dijalani saat ini, sudah harus dinikmati sebagai hidup kekal yang penuh berkat dan pertolongan Allah!

3.    Mengenal Tuhan: Memiliki Pikiran Kristus
1 Korintus 2:14 menyatakan bahwa manusia duniawi tidak dapat memahami atau mengenal (ginosko) hal-hal yang berasal dari Roh Allah. Sebaliknya manusia rohani memiliki pikiran Kristus (ayat 15-16). Pikiran Kristus inilah yang menjadi ciri khas orang yang mengenal Tuhan! Manusia rohani bahasa aslinya, penumatikos, manusia yang keberadaanya sejalan dengan kehendak dan pimpinan Roh Kudus: hidup rohani. Merekalah yang sudah sementara menikmati hidup yang kekal di dalam Tuhan.

Sedangkan manusia duniawi di ayat 14 digolongkan sebagai psuchikos (natural man), manusia alamiah yang tidak mengenal Tuhan. Golongan ini tidak mengenal dan tidak peduli dengan perkara-perkara rohani yang berasal dari Roh Allah. Jika tidak berubah total, mereka tidak akan pernah beroleh hidup kekal, apalagi diselamatkan.
Selain keduanya, ada satu lagi golongan manusia duniawi yang disebut dalam 1 Korintus 3:1, yaitu sarkikos, manusia daging. Golongan ini sudah termasuk bilangan orang percaya, namun belum sepenuhnya menikmati hidup kekal karena masih belum dewasa iman. Mereka masih senang dengan perkara-perkara jasmani dan kedagingan. Kedewasaan rohani tidak diukur dari umur secara jasmani. Alkitab menyatakan bahwa Yesus mencapai kedewasaan rohani saat berumur 12 tahun! Kedewasaan rohani dapat diketahui. Ukurannya dinyatakan dalam 1 Korintus 3:1-3: perselisihan. Makin sedikit perselisihan, ketersinggungan, iri hati, dan sejenisnya, makin dewasa rohani seseorang. Itu berarti pikirannya sudah ditundukkan kepada pikiran Kristus. Orang yang dewasa rohani mengecilkan persoalan besar, meniadakan persoalan kecil, dan tidak membuat masalah saat tidak ada masalah. Karena Allah memberi kesanggupan untuk menyelesaikannya.

4.    Mengenal Tuhan: Secara Benar dan Penuh
1 Yohanes 4:6 menyatakan bahwa pengenalan akan Allah harus benar, dari sumber yang benar. Hati-hati dengan para pemberita injil palsu yang memberitakan apa yang ingin di dengar orang, untuk memuaskan telinga. Pemberitaan ini akan menyesatkan (error). Mengenal Tuhan dengan benar dapat menyembuhkan dan memperbaiki “error-error” di pikiran dan hati manusia. Bukankah berbahagia bila semua sistem berjalan dengan baik?

Sejalan dengan itu, pengenalan akan Tuhan harus dialami secara penuh. Jangan hanya berdasar pada apa kata orang, atau kesaksian orang lain. Setiap orang percaya harus sungguh-sungguh mengalami Yesus secara pribadi. Mengalami kasih-Nya, mengalami pertolongan-Nya, mengalami pembebasan-Nya, mengalami karunia-Nya, mengalami pelukan cinta-Nya, mengalami pengangkatan-Nya: mengalami kepenuhan-Nya.

Marilah berjuang mengenal Tuhan. Pengenalan ini akan membawa hidup mengalami segala kebaikan Tuhan; mengalami dan menjalani hidup yang kekal di dalam Dia. Tuhan Yesus memberkati.

Kamis, 09 Juli 2015

Ringkasa Khotbah 05-07-2015

Oleh Pdt. Donald Waworuntu




Perubahan Pikiran yang Mendatangkan Pemulihan
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kami dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”
(Roma 12 : 2)


           Setiap kita membutuhkan pemulihan dalam kehidupan ini. Pemulihan memperbarui setiap aspek dalam kehidupan kita dan seharusnya setiap kita menyadari pentingnya sebuah pemulihan. Seperti yang tertulis dalam Roma 12:2, untuk mengalami pemulihan kita haruslah berubah oleh pembaharuan budi kita. Perubahan itu harus dari dalam diri sendiri, dan hal yang penting untuk berubah adalah budi (pola pikir/paradigma). Kita dapat melihat contoh dari Alkitab mengenai kehidupan dari Naaman (2 Raja-raja 5) :


1. Sehebat apapun seseorang, ia tetaplah menusia yang memiliki kelemahan (Ayat 1)
Sekalipun Naaman adalah seorang panglima besar yang sangat dihormati, ternyata Naaman juga memiliki kelemahan, dia diijinkan Tuhan untuk mengalami sakit kusta. Sebuah penyakit yang sangat menjijikan bagi orang-orang pada jaman itu. Sangatlah penting bagi kita untuk menyadari kelemahan, kekurangan dan kesalahan kita karna itu adalah langkah awal untuk kita dapat mengalami pemulihan (1 Yohanes 1:9-10).

2. Memiliki kerendahan hati untuk menerima nasehat bahkan dari seorang budak sekalipun (Ayat 2-5)
Semakin tinggi jabatan kita, seringkali membuat kita makin tinggi hati. Sedangkan dibutuhkan kerendahan hati agar kita dapat mengalami pemulihan yang sempurna. Tuhan bisa memakai siapa saja untuk menjadi alatnya dan cara Tuhan berbeda dengan apa yang kita mau juga pikirkan. Bahkan sering Tuhan juga memakai orang yang tidak kita anggap untuk membentuk kita sesuai dengan kehendak-Nya. Dalam 2 Raja-raja 5:3-5, diceritakan tentang Naaman yang adalah panglima besar, ia mengalami sakit kusta dan pelayan dari isterinya menyarankan untuk dia bisa menghadap nabi Elisa untuk bisa menyembuhkannya dan Naaman melakukannya. Tanpa kerendahan hati, kita tidak akan bisa mengalami pemulihan yang sempurna.

3. Setiap hamba Tuhan dipakai oleh Tuhan dengan "pakaian" masing-masing (Ayat 9-12)
Setiap hamba Tuhan memiliki metode, cara dan karakter yang berbeda-beda. Janganlah kita menjadi kecewa dengan sikap dan karakter hamba Tuhan yang mungkin tidak biasa bagi kita. Seringkali kita terpaku dengan metode yang umum. Dengan logika kita, kita berpikir tentang cara Tuhan menolong kita. Kita tidak berusaha mengerti kehendak dan rencana Tuhan tapi malah mencari tahu mengapa Tuhan tidak mengerti persoalan kita dan akhirnya menjadi kecewa. Kita perlu memahami lebih lagi rencana Tuhan yang mungkin saja "tidak biasa" bagi kita dan melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan.

4. Berusaha dan berjuang menantang diri sendiri untuk melakukan Firman Tuhan (Ayat 13)
Matius 26:41 berkata bahwa kita harus selalu berjaga-jaga dan berdoa agar tidak jatuh dalam pencobaan karna roh memang penurut, tetapi daging lemah. Kita perlu melatih diri kita agar dapat berubah.

5. Korban ucapan syukur yang lahir dari hati yang murni (Ayat 15-18)
Korban ucapan syukur yang lahir dari hati yang murni, ditandai dengan perubahan dan pemulihan hidup yang nyata serta menyeluruh yaitu tubuh, jiwa dan roh. Pemulihan yang sempurna, bukan hanya pemulihan secara fisik atau badaniah. Namun pemulihan menyeluruh termasuk dalam hal kepercayaan dan keselamatan jiwa. Sama seperti Naaman yang pada akhirnya bukan hanya dipulihkan secara fisik, namun juga mengalami pemulihan secara menyeluruh. Tuhan menginginkan pemulihan yang sempurna dalam diri setiap kita orang percaya sehingga keselamatan menjadi bagian kita, dan itu semua dimulai dari perubahan pikiran dari dalam diri kita sendiri. Tuhan Yesus memberkati.


Ringkasan Khotbah 28-06-2015

Oleh Pdm. Heath Rewah

Melayani Tuhan
(Lukas 17:7-10 & Matius 25:31-46)

Pada zaman sekarang ini ada beragam pengertian tentang melayani Tuhan. Namun dalam sebuah penelitian tentang “pelayanan gereja”, didapati adanya kemerosotan pengertian para hamba Tuhan dan jemaat tentang melayani Tuhan. Kegiatan “melayani Tuhanterus dilakukan di semua gereja. Tetapi “rasa” dalam pelayanan itu yang mulai melenceng dari standar Alkitab. Melayani Tuhan memang bukan hanya soal aktivitas/kegiatan, melainkan juga pemahaman yang benar sesuai kebenaran Alkitab. Kemerosotan ini mengakibatkan beberapa ironi. Misalnya, ada gereja besar dan kaya di kota, menguasai banyak massdengan modal perpuluhan dan persembahan yang limpah, namun tidak mampu bertahan di pedalaman, perintisan daerah minus, apalagi di daerah minoritas yang mengalami penganiayaan. Penyebabnya mulai dari sikap hamba Tuhan yang tidak mau diutus tanpa gaji dan fasilitas, hingga jemaat yang tidak sanggup (tidak mau) memberi dengan sukarela. Prinsip pelayanan yang dianut oleh GPdI saat didirikan sungguh Alkitabiah. Ini membuat para hamba Tuhan yang diutus dapat terus kokoh meski banyak tantanganSaat orang lain mengeluhkan pendapatan, orang Pantekosta mengandalkan lutut bertelut dan lidah yang memohon meminta pemeliharaan Tuhan. Inilah rasa dalam melayani Tuhan yang harus dilestarikan oleh setiap hamba Tuhan dan jemaat, yaitu “rasa” memberi diri untuk melayani Tuhan.


Berikut ini beberapa poin tentang bagaimana cara pandang Yesus tentang “melayani”:

1. Hamba Yang Tidak Berguna (Lukas 17:10)
Bagi manusia modern, jasa seorang pelayan sangat dibutuhkan oleh tuannya, jadi harus dihargai dengan layak. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain. Lalu apakah Tuhan memang butuh manusia untuk melayani-Nya? Dapatkah kita benar-benar berguna bagi Tuhan? Mengenai hal ini Yesus menegaskan dengan kalimat yang keras bahwa: di hadapan Tuhan kita hanyalah hamba-hamba yang tidak berguna; yang hanya melakukan apa yang harus dilakukan/apa yang ditugaskan. Sebab menurut kesaksian Alkitab, Allah adalah Pribadi Yang Cukup Pada Diri-Nya: Self Sufficient Being. Dia Maha Kuasa, Maha Hadir, Maha Tahu, Maha segalanya! Dia tidak bergantung pada siapapun dan apapun, apalagi ciptaan-Nya (termasuk manusia). Dari fakta ini dapat disimpulkan bahwa di hadapan Allah, manusia tidak memiliki arti apa-apa. Hanya oleh belas-kasihan-Nya yang kekal, Allah menciptakan manusia untuk maksud dan rancangan-Nya yang indah. Kita diberi hidup lalu dianggap berharga di mata-Nya. Manusia dikasihi dengan luar biasa, bahkan Yesus rela mati bagi kita. Sadarilah bahwa kita tidak berguna, hanya dianggapberharga oleh Allah. Jadi dalam hal pelayanan, jangan sampai berpikir bahwa saat melakukan pelayanan bagi Tuhankita sudah berjasa bagi Dia.

2. Melayani Karena Memang Harus Melayani(Lukas 17:10)
Lalu untuk apakah kita melayani Tuhan? Jawabannya,untuk menjalani kodratnya: manusia diciptakan untuk melayani Tuhan. Handphone kodratnya sebagai alat komunikasi. Harus diperbaiki jika rusakNamun jika tidak bisa lagi diperbaiki, pada akhirnya akan dibuang. Kodrat manusia adalah melayani Tuhan. Kekurangan manusia dalam hal melayani diperbaiki oleh pengorbanan Kristus di kayu salib. Namun jika tetap melenceng, ada neraka yang kekal menantinya. Karena jika tidak melayani Tuhan, manusia akan melayani yang lain: diri sendiri, iblis, uangketamakan, nafsu, dll.Sangat penting menyadari sungguh-sungguh kodrat ini saat memberi diri melayani Tuhan. Kita tidak bisa hidup tanpa melayani Tuhan. Motivasi melayani untuk membalas kemurahan Tuhan tidak cukup. Sebab sampai kapanpun kemurahan itu tidak akan pernah bisa terbalas. Layanilah Dia karena kita punya pilihan lain. Kita ada dan dikasihi Allah untuk melayani-Nya.

3. Melayani Tanpa Mengharap Penghargaan(Lukas 17:7-9)
Ketika melakukan sesuatu, manusicenderung melakukan perhitungan untung-rugi. Natur manusia adalah, berharap mendapatkan sesuatu saat memberi;mengharap upah saat bekerja. Tidak jarang mind-set ini terbawa dalam melayani Tuhan. Sehingga saat melakukan kegiatan pelayanan, ada yang berharap untuk mendapat balasan, minimal penghargaan. Baik dari Tuhan maupun lebih banyak yang berharap penghargaan dari manusia (dari pemimpin atau sesamanya). Tetapi dari ayat-ayat ini ditemukan pola pikir Yesus bertolak belakang dengan pemikiran manusia. Setiap natur manusia harus ditinggalkan. Kata hamba dalam bahasa asli adalah doulos. Artinya budak yang tidak memiliki hak lagi (biasanya budak belian), dan terikat secara penuh. Bahkan setelah melakukan segala sesuatu dengan baik, ungkapan terima-kasih-pun tidak ada (ayat 9). Ini ditegaskan dengan istilah hamba yang tidak bergunaSelain berarti “tidak berguna”,kata aslinya achreios juga berarti tidak layak dihargai. Hamba yang dibicarakan Yesus dalam perumpamaan ini bukanlah hamba yang malas atau setengah-setengah. Ayat 9 menyatakan bahwa hamba itu telah telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya: setia dan melakukan dengan tuntas sesuai perintah. Namun tetap saja sebutan achreios melekat kepadanya. Dalam melayani Tuhan tidak boleh ada harapan dihargai. Melayani Tuhan bukanlah ajang unjuk diri, hanya keistimewaan dan anugerah semata-mata. Diberi kesempatan saja sudah menjadi ucapan syukur. Sebab kemampuan kita untuk melakukan pelayanan hanya berasal dari Tuhan saja.

4. Melayani Tuhan: Dihargai Tuhan (Matius 25:34)
Saat penghakiman terakhir, akan ada pemisahan umat manusia dalam dua golongan. Domba di sebelah kanan di berkati (ayat 34), sedangkan kambing di sebelah kiriterkutuk (ayat 41). Dari ayat 31-46, dua kelompok ini dibedakan dari pelayanan mereka. Setiap orang yang melayani Tuhan diberkati oleh Bapa, bahasa aslinya eulogeo yang juga berarti; dipuji dan dihargai!Melayani Tuhan harus dilakukan dengan tulus, tanpa mengharap penghargaan apapun dari siapapun. Tetapi jerih lelah dalam pelayanan tidak pernah sia-sia, Tuhan sangat menghargainya. Ada jaminan kekal bagi orang-orang yang mau setia melayani Tuhan. Ketika pelayanan kita dihargai oleh Bapa di sorga, tidak ada satu-pun penghargaan dunia yang dapat menyamainya. Kita tidak perlu yang lain lagi. Penghargaan Bapa cukup dan bahkan berlimpah-limpah bagi kita.

5. Melayani Tuhan: Melayani Sesama (Matius 25:37-40)
Secara riil Tuhan tidak terlihat, sehingga konsep melayani Tuhan tidak dapat dipahami secara literalMaka Yesus menuntun kita pada sasaran pelayanan yang Dia maksudkan, yaitu: sesama manusia (ayat 35-37) yang disebut “paling hina” (ayat 40). Kata ini mengandung arti “orang-orang yang membutuhkanTidak perlu jauh-jauh, orang-orang terdekat sangat butuh pelayanan kita: istri, suami, anak, orang-tua, keluarga, dst. Pandang Tuhan di dalam mereka, dan layanilah mereka dengan sungguh-sungguh. Kita tidak mungkin menjangkau seluruh dunia. Layanilah gereja, hamba Tuhan, dan orang-orang yang dapat dijangkau. Itulah sasaran pelayanan yang Tuhan tetapkan.Buang setiap pola pikir yang salah dalam melayani Tuhan. Melayani Tuhan bukan prestasi atau pencapaian, namun keistimewaan dari Tuhan. Lakukan tanpa mengharapapa-apa, sebab Tuhan melihat semuanya. Penghargaan Bapa lebih dari cukup bagi kita, jangan mencari penghargaan manusia yang akan binasa. Biar kita beroleh penghargaan dari Tuhan saja, karena itu yang penting dan akan kekal selamanya. Tuhan Yesus memberkati.