Iman
(Markus 4:35-41)
Seringkali kita berpikir kalau kita berjalan bersama-sama dengan Tuhan
maka semua aman-aman saja, semua urusan Tuhan yang akan kerjakan, semua masalah
dan problema Tuhan yang akan selesaikan, kita berpikir bahwa kita tidak akan
mengalami badai dan gelombang, hidup kita akan nyaman dan tentram. Namun dalam
pembacaan firman Tuhan diatas, jelas diceritakan bahwa murid-murid sedang
bersama dengan Tuhan Yesus saat badai datang.
Siklus kehidupan akan membawa kita kepada suatu hal yang kadang
membuat kita harus keluar dari zona nyaman kita, dan Allah mengijinkan itu
terjadi agar murid-murid tidak puas begitu saja dengan apa yang telah mereka
capai. Dalam ayat ke 37 dikatakan bahwa
tiba-tiba datanglah gelombang, sama seperti kehidupan kita dimana masalah dan
badai bisa datang secara tiba-tiba. Tidak ada yang dapat diprediksi dari
kehidupan ini. Kita mungkin bisa membuat rencana ke depan berdasarkan apa yang
sudah terjadi, namun kita tidak bisa memiliki kepastian akan apa yang akan
terjadi ke depan. Hanya Tuhanlah yang tau segala-galanya dengan pasti. Maka
dari itu kita seharusnya meletakkan kehidupan kita dalam tangan-Nya. Sama
seperti Tuhan mengijinkan murid-murid melalui badai tersebut. Dalam
mengendalikan perahu, murid-murid Yesus adalah orang yang tepat dan ahli. Namun
Tuhan mengijinkan badai menerpa perahu tersebut, agar murid-murid dapat belajar
bahwa mereka tetaplah manusia yang terbatas dan karna itulah kita harusnya
sadar bahwa kita membutuhkan Dia yang tak terbatas.
Murid-murid pun akhirnya membangunkan Yesus, membangunkan Yesus
berbicara tentang doa. Setiap dari kita menyadari tentang sebuah kodrat bahwa
ada suatu kekuasaan yang lebih besar dari dunia ini yaitu kekuasaan Tuhan. Kesadaran
akan adanya Tuhan seringkali hanya muncul saat kita berada dalam kesulitan,
karna itu tidak heran seringkali Tuhan mengijinkan kesulitan terjadi untuk
mengembalikan manusia akan kesadaran-kesadaran religiusnya. Karna itu adalah
natur kita sebagai manusia yang seringkali kehilangan kesadaran religius ketika
kita diberkati Tuhan. Dalam kejadian ini, tidak ada yang salah dengan
murid-murid yang membangunkan Yesus, namun cara mereka membangunkan Yesus yang
menunjukkan bahwa mereka tidak percaya. Bagaimana mungkin mereka berpikir kalau
kapal itu akan tenggelam padahal ada Yesus yang sedang bersama-sama dengan
mereka. Kalau kita yakin bahwa Tuhan bersama-sama dengan kita, mana mungkin
kita binasa. Cara kita berdoa seringkali menunjukan ketidak percayaan kita,
cara kita memanggil dan berseru kepada Tuhan seringkali menunjukan bahwa kita
tidak percaya pada Tuhan. Ketakutan itu sendiri sama dengan ketidak percayaan.
Pemenang dan pecundang itu mengalami ketakutan yang sama, namun pemenang
memilih untuk menghadapi ketakutan itu sedangkan pecundang memilih untuk
meninggalkannya. Tidak ada orang yang tidak pernah mengalami rasa takut. Namun
sikap dalam menghadapi rasa takut itulah yang membedakan seorang pemenang dan
seorang pecundang. Dalam Ayub 3:25 dikatakan bahwa apa yang kita takutkan,
itulah yang menimpa kita. Karna itu Tuhan Yesus katakan “janganlah Engkau
kawatir, jangan Engkau takut” dan untuk mengalahkan ketakutan itu kita perlu
percaya. Ketakutan membuat seseorang dipengaruhi oleh keadaan di sekitarnya,
tetapi orang yang percaya tidak dipengaruhi oleh keadaan di sekitarnya. Sama seperti
Tuhan Yesus yang dapat tidur dengan nyenyak di tengah badai, disaat murid-murid
ketakutan. Kalau kita mengaku sebagai orang percaya, janganlah kita terpengaruh
oleh lingkungan sekitar kita. Karna kita percaya, Dia Allah yang mampu
mengendalikan segalanya. Ada beberapa aspek dari percaya :
1.
Kalau kita percaya Yesus, seharusnya kita
percaya bahwa Dia peduli terhadap kehidupan kita (1Petrus 5:10)
Dia Allah yang peduli dengan
kita, bukan hanya peduli namun Ia adalah Allah yang sanggup.
2. Tidak
ada rencana Tuhan yang gagal.
Tuhan Yesuslah yang mengajak
murid-murid ke seberang, bukankah adalah rencana dari Yesus untuk mereka ke
seberang? Karna itulah seharusnya murid-murid tahu kalau itu tidak akan gagal.
3. Iman
yang taat (Ibrani 11:8)
Iman haruslah disertai dengan
ketaatan dimana Roh Kudus berbicara dengan hati kita. Tuhan Yesus memberikan Roh
Kudus pada kita untuk menghibur dan mengajar kita.
Dalam ayat yang ke 39 dikatakan bahwa Yesus bangun dan menghardik
angin itu “Diam, tenanglah!” kemudian danau itu menjadi tenang. Hal ini
berbicara tentang perkataan, perkataan kita haruslah perkataan-perkataan iman. Selalu
perkatakan firman Tuhan. Kiranya ketaatan terus menjadi bagian dari kita semua.
Iman yang sungguh kepada-Nya. Tuhan Yesus memberkati.