Kamis, 03 September 2015

Ringkasan Khotbah 23-08-2015

Oleh Pdt. Karel C. Waworuntu

Harga Sebuah Pelayanan 
(Yunus 3:1) 

Dalam ayat diatas, ada hal yang menarik yaitu bahwa firman Tuhan datang untuk kedua kalinya kepada Yunus, yang berarti sebelumnya ada Firman yang pertama kali datang kepada Yunus. Mengapa harus harus datang firman yang sama sampai dua kali? Mari kita lihat ketika firman Tuhan datang pertama kali kepada Yunus dan bagaimana Yunus menyikapinya (Yunus 1:1-3). Antara firman yang pertama dan kedua, ada peristiwa yang mengerikan terjadi pada Yunus. Ada pengalaman yang buruk, tidak menyenangkan dan mengerikan yang di alami Yunus atas seijin Tuhan tentunya, dikarenakan sikap Yunus ketika menerima firman Allah yang pertama. Tuhan memerintahkan kepada Yunus untuk memberitakan injil tentang pertobatan kepada orang-orang Niniwe karena kejahatan di negeri itu sudah sampai ke hadirat Tuhan. Tetapi sikap Yunus di ayat tiga menjelaskan bahwa Yunus siap melarikan diri ke Tarsis, artinya Yunus mengabaikan perintah Tuhan, Yunus mengabaikan tanggung jawab yang dipercayakan Tuhan kepadanya dan itu sangatlah mahal harganya. Kita sudah seringkali mendengar cerita tentang Yunus. Tapi yang menarik disini, Tuhan berfirman untuk kedua kalinya kepada Yunus. Padahal di pasal 1 sudah jelas Yunus sudah mengabaikan tanggung jawab pelayanan yang Tuhan percayakan kepadanya. Mengapa Tuhan bersikeras mau memakai Yunus dan tidak mengalihkan pelayanan ini kepada orang lain?  

Karena Tuhan ingin mengajarkan Yunus untuk Taat pada firman Tuhan. 

Melayani Tuhan adalah kodrat kita sebagai ciptaan Tuhan yang termulia. Tuhan tidak bergantung pada kita, Dia bisa memakai siapa saja. Tetapi dalam peristiwa ini, mengapa Firman Tuhan datang sampai dua kali pada Yunus? Karna Tuhan ingin mengajarkan Yunus untuk taat kepada firman Tuhan dan harga dari suatu ketaatan itu mahal. Dalam pasal 1:3 diceritakan bahwa sebenarnya Tuhan sudah memberikan biaya untuk Yunus pergi ke Niniwe, tetapi dia pakai untuk lari. Apapun yang kita miliki semuanya dari Tuhan, bukan semata karena kita. Dan Tuhan memberikan itu kepada kita untuk kita boleh menjalankan tanggung jawab yang Tuhan percayakan bagi kita. Seringkali kita menghindar dari tanggung jawab yang Tuhan percayakan karena kita merasa kita mempunyai segalanya, padahal itu semua bisa kita miliki karena kemurahan Tuhan. 

Ternyata ketika Yunus lari, Tuhan mengejarnya menurut cara Tuhan. Mengapa Tuhan tidak mencegah sebelum dia naik kapal? Mengapa Tuhan ijinkan dia naik kapal? Karna mungkin kalau Tuhan mencegah sebelum naik kapal, maka Yunus akan mencari jalan lain untuk terus menghindar. Dia naik kapal untuk lari jauh dari Tuhan dan mengira Tuhan hanya ada di tempat waktu Dia berfirman tapi dia tidak tahu bahwa sama seperti Daud berkata “kemana aku harus lari dari hadirat-Mu. Sekalipun aku ada sayap untuk terbang, Engkau juga ada disana”. Dia adalah Allah pencipta segala alam dan Dia yang berkuasa atas segalanya. Yunus mengira dia bisa lari dari Tuhan, padahal Tuhan menunggunya di tengah laut untuk mendatangkan gelombang. Inilah harga yang harus di bayar. Ketika gelombang makin besar dan nahkoda sudah tidak sanggup mengatasinya, dalam pasal 1:8 diceritakan bahwa Tuhan menaruh firasat di hati salah seorang untuk mencari tahu siapakah yang menyebabkan malapetaka ini mendatangi mereka. Lalu mereka bertanya pada Yunus dari mana dia berasal, dan Yunus menjawab Ibrani yang berarti adalah anak Tuhan. Dia berkata dia takut akan Tuhan (sekalipun dia tidak taat pada perintah-Nya). Suatu hal yang sangat memalukan sebenarnya karna apa yang menjadi pengakuan Yunus bertentangan dengan sikapnya. Di ayat selanjutnya Yunus mengakui kalau dia lari daripada Tuhan, maka orang-orang itu menjadi takut karena gelombang menjadi sangat luar biasa. Yunus mengakui kesalahannya, sehingga meminta orang-orang membuangnya kedalam laut. Karena Yunus mengerti Tuhan sedang mengejar dan sedang mengajarkannya untuk taat sehingga dia mengakuinya. Ada suatu kesadaran dalam diri Yunus dan di ayat yang ke 15, ikan paus datang dan menelan Yunus. Dalam pasal 2, kita mengetahui doa dari Yunus yang mengaku bagaimana usus dari ikan paus melilit dia kadang di leher sampai susah bernapas, kadang melilit perut sampai merasa hampir tumpah semua, itu menjadi kesaksian Yunus bagaimana 3 hari di dalam perut ikan.  

Kembali ke pasal 3, pasal pokok kita. ternyata rencana Tuhan bagi Yunus tidak berubah, tetapi Yunus yang harus berubah. Sikapnya yang harus berubah terhadap firman Tuhan, yaitu belajar taat dan menghargai tanggung jawab pelayanan yang Tuhan percayakan. Rencana Tuhan tidak berubah, tetapi Yunus yang harus berubah dan dalam ayat yang ke 3 dikatakan lalu Yunus pun bersiap dan pergi ke Niniwe sesuai dengan firman Allah. Seringkali Tuhan harus mamaksa kita untuk menyesuaikan diri dengan firman Allah. Bukan Tuhan yang harus menyesuaikan dengan kita, dan Tuhan bisa memakai segala cara agar kita bisa menyesuaikan diri dengan kehendak Allah. Walaupun Yunus masih ada sakit hati pada Tuhan karena ketidaktaatannya sendiri, namun dia tetap pergi ke Niniwe. Mulai dari ujung kota Yunus memberitakan firman Tuhan dengan sangat singkat, namun dengan kalimat yang sependek itu, alkitab mengatakan semua orang Niniwe mulai dari raja memerintahkan semua warga untuk berpuasa meminta kemurahan Tuhan. Mereka bertobat. Orang Niniwe itu orang kafir tetapi mereka lebih cepat bertobat daripada Yunus dan mereka semua di selamatkan. Seringkali justru orang dunia ketika mendengarkan firman Tuhan justru lebih cepat bertobat dari ada kita yang sudah puluhan Tuhan ikut Tuhan. Kita melihat Yunus taat pada firman Tuhan walaupun masih sakit hati (pasal 4), menurut Yunus lebih pantas orang Niniwe untuk di hukum. Namun soal Niniwe itu urusan Tuhan, tetapi apa yang Tuhan percayakan pada kita, tanggung jawab pelayanan yang Tuhan percayakan kepada kita harus kita lakukan dengan sungguh-sungguh, tanpa harus memikirkan apa yang orang lain akan katakan karna itu adalah urusan kita dengan Tuhan. Dan ketika kita melakukan semua itu, kita harus berkata, kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna, kami hanya melakukan apa yang Tuhan tugaskan dan percayakan. Itulah seharusnya sikap kita sebagai anak Tuhan yang harus melakukan kebenaran-kebenaran firman Tuhan. Tuhan Yesus memberkati. 

Ringkasan Khotbah 16-08-2015

Oleh Pdt. Karel C. Waworuntu

Kemerdekaan Yang Sesungguhnya 
 “Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.” 
(Yohanes 8:36) 

Dalam Yohanes 8:36 dikatakan benar-benar merdeka”, artinya ada yang tidak benar-benar merdeka. Katanya merdeka, tapi sebenarnya tidak merdeka. Bangsa kita pernah mengalami hal ini ketika memproklamasikan kemerdekaannya, namun bangsa penjajah masih tidak terima sehingga kita dibuat seakan-akan sudah merdeka padahal tidak benar-benar merdeka. Kita masih ada di dalam bagian negara penjajah, maka dibentuknya republik Indonesia serikat sebagai bagian daripada Belanda. Tapi kemerdekaan di dalam Tuhan adalah kemerdekaan yang sesungguhnya, kemerdekaan yang benar-benar merdeka. Beberapa orang percaya yang tidak benar-benar percaya atau hidup dalam kebenaran menganggap bahwa kalau kita hidup di dalam dunia, diluar Tuhan kita merdeka karna kita bisa berbuat segala sesuatu yang kita mau. Padahal kemerdekaan dunia itu adalah kemerdekaan di dalam belenggu dosa. Kelihatannya merdeka, tetapi mereka sedang merdeka di dalam belenggu keterikatan terhadap dosa. Orang yang ada dalam keterikatan dosa sangatlah sulit untuk keluar dari belenggu itu. Mereka mengira bahwa mereka bebas berbuat apa yang mereka mau, tapi tanpa mereka sadari mereka berada dalam ikatan kuasa kegelapan. Bukanlah kemerdekaan seperti itu yang Tuhan inginkan untuk dimiliki oleh orang-orang percaya, namun adalah kemerdekaan yang sesungguhnya, kemerdekaan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus.  
Seperti apakah contoh manusia yang benar-benar merdeka? Tentu saja teladan yang sesungguhnya adalah Tuhan kita Yesus Kristus. Dia pernah menjadi manusia, dan sebagai manusia Dia telah menunjukan kualitas seseorang yang telah hidup dalam kemerdekaan yang sesungguhnya. Tuhan Yesus adalah manusia yang paling sukses dalam sejarah kehidupan manusia di muka bumi ini. Bagaimana Tuhan Yesus dapat memberikan teladan sebagai seseorang yang benar-benar merdeka? Memberi teladan sebagai seseorang yang berhasil memberi dampak bagi lingkungannya? Ada 3 kekuatan Tuhan Yesus (Namun 2 saja yang akan dibahas dalam khotbah ini) : 
  1. Kekuatan Penguasaan Diri (Amsal 4:23) 
Di dalam diri kita, terpancar kehidupan namun kita harus bisa menguasai diri kita. Apa saja bentuk dari penguasaan diri? 
  1. Setia terhadap misi 
Tuhan Yesus dikaruniai kuasa tanpa batas oleh Bapa di sorga, jadi secara harafiah, Dia bisa melakukan apa saja yang Dia mau. Tapi Tuhan Yesus tidak pernah melupakan misinya datang ke dunia. Tuhan Yesus bekerja berdasarkan misi yang Bapa-Nya taruh di dalam diri-Nya. Tuhan Yesus tetap setia kepada misi-Nya.  
  1. Memegang teguh komitmen.  
Ketika Tuhan Yesus memporak-porandakan bait Allah, Dia sedang menunjukan komitmennya terhadap kekudusan. Dia tidak menunjukan siapa diri-Nya tentang betapa berkuasanya Dia, tapi Dia menunjukan komitmennya terhadap kekudusan. Seringkali untuk menunjukan komitmen kita terhadap kekudusan, kita perlu membongkar kebiasaan-kebiasaan lama. Mari di hari-hari terakhir ini kita tetap berada di tengah komitmen kita.  
  1. Sadar benar akan sumber daya yang dimiliki. 
Tuhan Yesus sadar betul akan kekuatan-Nya. Masing-masing dari kita pasti memiliki kekuatan di bidang tertentu. Maka kita memerlukan waktu untuk berdoa dan bertanya agar Tuhan menunjukan dimanakah letak kekuatan kita. 
  1. Menyadari akan tujuan hidup (Yohanes 8:14) 
Tuhan Yesus sangat tahu darimana Dia datang dan kemana tujuan-Nya. Orang yang menyadari akan tujuan hidupnya, tidak akan pernah kawatir ataupun ketakutan. Tuhan Yesus dapat dengan tenang tidur di tengah badai yang begitu besar, karna Dia tahu saatnya untuk mati belum tiba. Banyak orang yang setelah diangkat oleh Tuhan, lupa akan tujuan hidupnya. Ada tujuan ketika Tuhan memberkati kita, ketika Tuhan mengambil sesuatu dalam hidup kita, ketika Tuhan mengijinkan kita direndahkan, ada tujuan terhadap itu semua. Rencana Allah dalam kehidupan kita adalah lewat kehidupan kita, kemuliaan Allah akan dinyatakan. 
  1. Kekuatan Tindakan 
Dalam Yohanes 21:25 dikatakan bahwa selain segala hal yang dituliskan di dalam alkitab, masih ada banyak sekali hal-hal yang diperbuat oleh Yesus. Kekuatan tindakan yang perlu kita pelajari dari Yesus ialah Dia mulai mengambil tindakan nyata. Bagian dari kekuatan tindakan adalah punya rencana. Nehemia 2:11 menceritakan bahwa Nehemia merencanakan dengan matang pembangunan kembali tembok Yerusalem. Dalam Yohanes 11 diceritakan tentang saat Yesus mendengar bahwa Lazarus sakit, Dia tahu betul bahwa lewat penyakit yang diderita Lazarus, kemuliaan Allah akan dinyatakan (ayat 4). Yesus tidak langsung datang dan menyembuhkan Lazarus yang sakit, namun menunggu dulu beberapa hari bahkan saat mendengar bahwa Lazarus meninggal, Yesus tidak langsung menuju kesana. Saat Yesus tiba, Lazarus sudah 4 hari terbaring di dalam kubur. Mengapa harus menunggu 4 hari? Karna menurut budaya Yahudi, dalam 3 hari jiwa seseorang masih melayang-layang dan masih ada kemungkinan untuk kembali ke tubuhnya. Karna itu Tuhan Yesus datang pada hari yang keempat, untuk mematahkan tradisi-tradisi Yahudi. Untuk mematahkan kepercayaan mereka terhadap tradisi mereka. Dia punya rencana dan Dia melaksanakan rencana-Nya itu. Tuhan Yesus tidak datang hanya memberikan rumusan-rumusan tapi Dia memberikan kita mentalitas berpikir untuk kita bisa merubah keadaan. Untuk mencapai tujuan itu dibutuhkan kekuatan untuk melakukan segala sesuatu. Mari kita membangun sesuatu di dalam perencanaan bersama-sama dengan Tuhan. 
  1. Kekuatan Hubungan