Jumat, 02 Oktober 2015

Ringksan Khotbah 20-09-15

Oleh Pdm. Heath Rewah

SETURUT KEHENDAK-NYA 
Markus 1:14-15 

Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil! 
 
Seturut kehendak-Nya adalah2 kata sederhana dengan aplikasi dan implikasi yang rumit. Sebagai contoh, Markus 1:5-6 menggambarkan pelayanan Yohanes Pembaptis yang dahsyat. Dia adalah figur hamba Tuhan besar, yang dipakai luar biasa oleh Tuhan. Orang-orang dari semua kalangan terjangkau oleh pelayanannya dan minta dibaptis, termasuk Saduki, Farisi, prajurit, pemungut cukai, dll: dia adalah pembuka jalan bagi kedatangan Yesus. Sungguh miris bahwa perjalanan hidupnya berakhir tragis. Markus yang menulis injil ini dengan tema hamba mengontraskan keadaan Yesus dan Yohanes Pembaptis dalam ayat 14. Ketikasang tuan (Yesus) mulai naik dan dipromosikan, sang hamba yang membuka jalan (Yohanes Pembaptis) justru ditangkap, hingga akhirnya mati dengan cara yang sangat mengerikan. Kisah lengkap tentang nasib sang hamba dicatat dalam Markus 6:14-29. 

Kisah ini terkesan tidak adil. Orang yang telah sedemikian berjasa harus mengalami jalan hidup yang berat. Tetapi jika itu adalah kehendak Tuan, dapatkah seorang hamba mengeluh, menolak dan memberontak? Bukan hanya Yohanes Pembaptis, Yesus Sang Juruselamat juga berjalan pada jejak langkah yang sama: sampai mengorbankan nyawa-Nya. Kedua orang ini sedang menunjukkan kepada dunia: inilah nasib hamba Tuhan yang harus hidup sepenuhnya seturut kehendak Tuhan. Siapakah saudara dan saya? Kita adalah Hamba Tuhan. Ingat,di dunia ini hanya ada 2 jalan, jalan hambaTuhan atau jalan hamba setan. Setiap orang yang mengaku percaya kepada Yesus adalah hamba-hambaTuhan yang harus memiliki kerelaan untuk dibimbing hidup di dalam kehendak-Nya. 

Contoh berikutnya dalam Markus 1:16-17, ketika Yesus memanggil beberapa murid. Kata “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia” berupa perintah: perintah untuk mengikuti kehendak Tuhan yang selalu indah dan sempurna. Harus dipahami bahwa secara umum kehendak Tuhan ada 2 bentuk, yaitu kehendak absolut dan kehendak ideal. Kehendak absolut tentunya tidak dapat diganggu gugat, dibantah apalagi dibatalkan. Kehendak ini berjalan dengan sendirinya dengan atau tanpa partisipasi kita didalamnya: tanpa kita berbuat apa-apa, kehendak ini tetap terjadi. Misalnya: waktu kelahiran, panjangnya umur, waktu kedatangan Yesus kembali, dll. Sedangkan kehendak Allah yang ideal adalah yang diberitahukan kepada manusia melalui Alkitab. Misalnya: setiap orang dikehendaki hidup kudus, manusia dikehendaki hidup dalam berkat Tuhan, masa depan yang penuh harapan, janji-janji-Nya dipenuhi, dll. Jika digambarkan, kehendak Allah yang ideal bagaikan garis lurus. 

Namun sayangnya tidak ada manusia yang sanggup berjalan dalam kehendak ideal Allah dengan sempurna. Segala kelemahan dan kedagingan ditambah godaan iblis dan dunia kerap membuat orang menyimpang. Sehingga garis lurus itu di-bending (dibengkokan) dengan perbuatan dosa dan kompromi-kompromi yang sering dilakukan. Inilah yang kemudian melahirkan kehendak Tuhan yang diizinkan. Abraham dan Sara termasuk tokoh Alkitab juga ada yang mem-bending kehendak Allah. Ketika Sara tak kunjung melahirkan anak perjanjian, Hagar diberikan untuk melahirkan anak bagi Abraham. Tuhan tidak langsung melarang pada saat itu, Dia meluaskan/mengizinkan itu terjadi. Ingat, dosa tidak hanya tentang kemurtadan, tetapi juga ketika kehendak Tuhan dibengkokkan, manusia merasa lebih pintar dari Tuhan, mengutamakan kehendak sendiri, lalu sok jago ingin “membantu” Tuhan. Kehendak Tuhan yang diizinkan harus dipulihkan kembali, namun tetap dengan resiko dan konsekuensi berat yang harus ditanggung. Lihat saja konsekuensi yang harus dipikul Abraham, bagaimana keturunan Ismail menjadi musuh utama keturunan Ishak sampai sekarang ini. Bahkan berbagai kekacauan dunia dalam segala bidang sering bersumber dari dua garis keturunan tersebut. Setiap orang yang sedang membengkokkan kehendak Tuhan harus cepat-cepat kembali kepada yang ideal. Biarlah kesadaran dari Allah berbicara kuat dalam hati. Hal-hal tidak mengenakkan yang harus dialami sebagai konsekuensi, terima dan telan saja. Yang terpenting hati sudah sungguh-sungguh bertobat. 

Kehendak absolut itu urusan Allah, tidak perlu dipikir terlalu banyak, imani saja. Tetapi kehendak ideal Allah harus diperhatikan dengan baik dan dilaksanakan dengan tekun. Setiap orang percaya harus berjuang berjalan lurus di dalam kehendak Tuhan, menghamba kepada kehendak Tuhan, dan terus mendekatkan diri pada Tuhan. Jangan biasakan malas beribadah seperti yang dibiasakan beberapa orang. Sebab dalam peribadatan itulah manusia yang lalai, lemah, dan pelupa diingatkan kepada manajalan kehendak Allah yang harus ditempuh. Tidak ada yang mustahil bagi orang yang mau berjalan pada jalan Tuhan. Jalan itu memang tidak selamanya mudah dan senang, tetapi pasti aman dan nyaman. Sebab bahkan di lembah kekelaman-pun tetap ada penyertaanTuhan (Mazmur 23). 

Kehendak Tuhan yang ideal membawa Yohanes Pembaptis kepada keterpurukan, lalu membawa Yesus kepada salib. Tetapi sebenarnya kedua orang ini tidak kalah dan terpuruk. Yohanes Pembaptis meninggalkan dunia dan memasuki sorga yang kekal sebagai manusia terbesar yang pernah dilahirkan (Lukas 7:28). Sementara Yesus meninggalkan dunia untuk bangkit dan memberi kemenangan atas dosa bagi semua orang yang percaya. Demikianlah akhir yang sebenarnya dari mengikuti kehendak Tuhan: kemuliaan dan kemenangan. 

Secara pribadi Markus si penulis Injil Markus pernah membengkokkan kehendakTuhan. Sebagai seorang pemuda, dia dititip ibu nyauntuk dididik oleh pamannya (Barnabas) menjadi hamba Tuhan. Namun di tengah jalan Markus tidak tahan, dan meninggalkan pelayanan. Saat dia ingin kembali ke dalam tim pelayanan, Paulus menolaknya. Sehingga Paulus dan Barnabas harus berselisih tajambahkan berpisah pelayanan. Itulah konsekuensi yang harus Markus alami. Maka dengan sadar Markus memilih untuk melayani bersama rasul yang berwatak keras, Petrus (artinya batu). Markus memulihkan diri dan kembali kejalur kehendak Allah yang ideal. Petrus mendidiknya dengan keras, dan hasilnya dia bisa menulis injil Markus. 

Jika ada dosa dan pelanggaran di masa lalu, tinggalkanlah itu sebagai kenangan yang tidak dikenang lagi. Cari pengajaran yang murni meskipun keras. Bergaul erat dengan Kristus lewat Firman-Nya. Lalu hasilkanlah injil (kabar baik, kabar senang, kabar sukacita) lewat kesaksian hidup. Jangan menjadi kabar burung apalagi kabar buruk bagi sekeliling kita. Kehendak Tuhan memang tidak selamanya bersesuaian dengan kehendak kita, tetapi di atas segalanya, jalanTuhan tetap yang terbaik. Sudahkah kita berserah kepada kehendak Tuhan?